Rabu, Februari 18, 2009

Museum Bank Indonesia

Keberadaan Museum Bank Indonesia dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang peran Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Informasi yang diberikan termasuk pemahaman secara objektif tentang latar belakang serta dampak kebijakan-kebijakan yang diambil Bank Indonesia. Pemberian informasi dilakukan melalui dioarama, papan informasi, film, maupun benda koleksi yang ada didalam Museum Bank Indonesia.

Sejarah Museum Bank Indonesia
Berdirinya Museum Bank Indonesia dilandasi keinginan pihak Bank Indonesia memberikan pengetahuan yang memadai kepada masyarakat tentang peran Bank Indonesia bagi bangsa Indonesia dan dukungan terhadap pemerintah DKI Jakarta dalam pengembangan kawasan kota tua menjadi daerah tujuan wisata, yang mana Bank Indonesia memiliki bangunan yang terletak pada kawasan kota tua dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Gagasan lainnya yang mengilhami berdirinya Museum Bank Indonesia adalah museum bank sentral negara – negara di dunia.

Sejarah Gedung Museum Bank Indonesia
Gedung Museum merupakan bekas rumah sakit bernama Binnen Hospital. De Javasche Bank (DJB) menggunakan gedung sejak tanggal 08 April 1828. Tahun 1910, De Javasche Bank (DJB) membangun kembali gedung dengan lima tahap pembangunan yang perancangan bangunan dilakukan oleh Biro Arsitek Ed. Cuypers & Hulswit yang kemudian berubah menjadi Architecten & Ingenieursbureau Fermont-Cuypers.

Tahun 1910 pembangunan tahap pertama dimulai dan selesai pada tahun 1912, bangunan gedung bergaya arsitektur neoklasik Eropa yang terletak di sepanjang jalan Binneninieuwpoorstraat atau sekarang dikenal dengan Jalan Pintu Besar Utara.

Tahun 1922 pembangunan tahap kedua dimulai dengan menambah beberapa ruangan baru seperti rumah penjaga gedung (concierge), ruang simpan barang berharga (kluis), ruang pertemuan besar (ruang hijau), ruang arsip, garasi, dan ruangan lainnya.

Tahun 1924 pembangunan tahap ketiga dilakukan. Pembangunan tahap ketiga merupakan perluasan dari tahap sebelumnya dengan membangun sebuah unit di bagian belakang sepanjang Kali Besar menggantikan bangunan tua bekas rumah sakit. Dibuat juga bangunan di sepanjang Javabankstraat atau sekarang dikenal dengan jalan Bank, yang bertemu dengan bangunan tahap pertama di sisi utara. Bangunan yang baru dibangun ini memiliki kaca patri, dengan ragam hias berupa komoditas perdagangan pada masa Hindia Belanda dan dewa-dewi Yunani yang indah.

Tahun 1933 pembangunan tahap keempat dilaksanakan memenuhi kebutuhan ruang hasanah yang lebih luas dan ruang efek-efek. Dalam pembangunan tahap keempat, Biro Arsitek Fermont-Cuypers mendesain beberapa unit tambahan yaitu beberapa kluis baru yang ditempatkan pada perpanjangan bangunan di sisi Binneninieuwpoorstraat (Jalan Pintu Besar Utara). Pembanguan termasuk renovasi yang dilakukan pada bagian depan disisi jalan yang sama dengan gaya yang lebih sederhana.

Tahun 1935 pembangunan tahap kelima dilakukan dan diresmikan pada tanggal 12 Juni 1937. Tujuan pembangunan tahap kelima untuk memodernisasi arsitektur pembangunan tahap – tahap sebelumnya. Perubahan yang dilakukan diantaranya menggantikan dua pintu gerbang sebelumnya menjadi satu pintu untuk keluar-masuk. Perubahan yang lainnya seperti menghilangkan kubah yang sebelumnya menghiasi atap gedung bangunan. Setelah pembangunan ini, tidak banyak lagi perubahan yang dilakukan terhadap gedung.

Koleksi Museum Bank Indonesia
Koleksi Museum Bank Indonesia terdiri dari koleksi uang – uang logam dan kertas. koleksi film seperti pengerahan dana masyarakat 1953 – 1959, nasionalisasi bank-bank Belanda, pengedaran uang 1953 – 1959, penyelenggaraan kliring hingga 1959, dewan moneter menurut UU No. 11/1953, sistem kebijakan devisa 1953 – 1959. koleksi benda perbankan seperti mesin hitung Ontel REMINGTON 77, mesin tik ROYAL, khazanah harian LIPS, lemari brankas LIPS, ruang brankas (pintu besi) arsek, mesin PTTB tanda bintang RUHAAK, ukiran kayu dengan pepatah Belanda, alat pelubang kupon/deviden, timbangan emas, dan loleksi lainnya.

Fasilitas museum Bank Indonesia
Selain berbagai koleksi yang dimiliki oleh Museum Bank Indonesia, terdapat fasilitas seperti ruang penitipan barang, pusat informasi tentang Bank Indonesia, ruang auditorium, kios buku dan cenderamata, banking expo, ruang serbaguna, café museum, fine Dining restaurant, perpustakaan, ruang ibadah (Masjid).

Lokasi dan Jam Buka
Alamat : Jl. Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta Barat
Telp : (6221) 2600158 Ext 8111, 8102, 8100

Jam buka

  • Selasa s.d Kamis : 08.30 – 14.30 Wib
  • Jumat : 08.30 – 11.00 Wib
  • Sabtu s.d Minggu : 00.09 – 16.00 Wib
  • Senin atau hari besar : Tutup

Tips untuk Museum Bank Indonesia

  • Bila selama ini anda kurang menyukai berkunjung ke museum maka mencoba berkunjung ke Museum Bank Indonesia patut untuk dicoba, Hal ini karena Museum Bank Indonesia memiliki bererapa koleksi unik seperti Uang Kampua dari kerajaan Buton, Sulawesi Tenggara. Uang Kampua terbuat dari anyaman yang dilakukan oleh putri raja Buton dari bahan benang. Satuan uang Kampua selebar telapak tangan raja Buton dan dihargai sama dengan satu butir telur.
  • Sebelum memasuki ruang pamer Museum Bank Indonesia, pengunjung terlebih dahulu melewati ruang peralihan atau ruangan multimedia interaktif. Terdapat proyektor khusus yang menampilkan kepingan uang logam melayang-layang pada sebuah layar putih dan pengunjung dapat berinteraksi dengan menangkapi uang tersebut. Tidak diperkenankan memotret dengan menggunakan blitz pada ruangan ini.
  • Lokasi Museum Bank Indonesia terletak bersebelahan dengan Museum Bank Mandiri dan berhadapan dengan stasiun kota Jakarta (Beos) di kawasan Kota Tua Jakarta. Museum lainnya dan banguna menarik disekitar lokasi museum seperti, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Batavia Café, Toko Merah, Jembatan Kota Intan, Hotel Batavia, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Pelabuhan Sunda Kelapa.
  • Untuk mengunjungi Museum Bank Indonesia dapat menggunakan taksi atau kendaraan umum seperti Busway. Bila menggunakan Busway, gunakan Busway Koridor satu yaitu jurusan Blok M – Kota. Anda turun di Stasiun Kota yang merupakan stasiun terakhir dari rute koridor satu. Letak Museum Bank Indonesia persis diseberang stasiun Kota.

Senin, Februari 16, 2009

Taman Situ Lembang

Taman Situ Lembang adalah sebuah taman dengan situ (danau buatan) yang berbentuk oval ditengahnya. Taman Situ Lembang dikelilingi rumah-rumah mewah yang berada pada kawasan elit di Menteng Jakarta Pusat.

Ditengah – tengah situ dibuatkan air mancur dan ditanami bunga teratai yang bila berbunga berwarna merah muda.

Disekitar areal taman terdapat tempat duduk yang menghadap kearah situ dan sarana bermain untuk anak-anak. Taman Situ Lembang umumnya dikunjungi warga pada sore hari dan paling ramai dikunjungi pada hari Sabtu dan Minggu.

Aktivitas yang dilakukan warga umumnya seperti jalan sore, memancing, mengobrol dan aktivitas lainnya. Kawasan taman ini sering digunakan sebagai tempat berkumpul beberapa komunitas. Disekitar taman Situ Lembang terdapat puluhan merpati jinak dan beberapa monyet peliharaan yang dapat diberi makan oleh pengunjung.

Disekitar taman beberapa penjual menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Biasanya ada beberapa pengamen yang mendatangi pengunjung dan menyanyikan sebuah lagu. Bila tidak berkenan maka anda dapat menolaknya dengan halus.

Lokasi
Jalan Situ Lembang, Kawasan Menteng, Jakarta Pusat – Indonesia

Tempat lainnya disekitar Taman Situ Lembang
Taman Suropati, Gereja GPIB Paulus, Mesjid Agung Sunda Kelapa, Gedung BAPPENAS, Jalan Surabaya.

Museum Bank Mandiri

Museum Bank Mandiri merupakan museum perbankan yang dimiliki oleh Bank Mandiri. Letak museum berada pada kawasan kota tua Jakarta, persis didepan stasiun Jakarta Kota (Beos). Museum memiliki koleksi peralatan perbankan mulai dari masa penjajahan Belanda sampai dengan terbentuknya Bank Mandiri.

Selain benda-benda koleksi yang umumnya dimiliki sebuah museum, Museum Mandiri memiliki ornamen unik pada dinding hall sisi timur bangunan museum, ornamen tersebut berupa hiasan kaca patri (stained glass) yang dipisahkan oleh pilar. Hiasan ornamen tersebut menggambarkan empat musim seperti musim yang terjadi pada kawasan Eropah dan tokoh nakhoda kapal Belanda, Cornelis de Houtman

Sejarah Museum Bank Mandiri
Bank Mandiri sebagai pemilik Museum Bank Mandiri memiliki sejarah panjang dalam proses berdirinya. Bank Mandiri terbentuk atas merger empat bank Pemerintah, yaitu Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, dan Bank Pembangunan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 1999.

Sebelum keempat bank merger menjadi Bank Mandiri, masing-masing bank memiliki sejarah panjang dalam perkembangannya. Oleh karena latar belakang sejarah atas bank-bank pendahulu maupun bank-bank yang merger menjadi Bank Mandiri, maka diperlukan museum untuk mengabadikan koleksi perkembangan sejarah Bank Mandiri agar rangkaian sejarah terbentuknya Bank Mandiri tidak terputus dan terlupakan begitu saja.

Sejarah Gedung Museum
Awalnya bangunan Museum Bank Mandiri merupakan Kantor Wilayah Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) di Hindia Timur yang lebih dikenal dengan nama de Factorij Batavia. Bangunan dirancang oleh arsitek NHM, J.J.J. de Bruyn bekerjasama dengan arsitek Belanda lainnya, A.P Smith dan C. van de Linde yang keduanya bekerja pada biro arsitek Hulswit, Fermont en Ed. Cuypers.

Gedung berdiri diatas lahan seluas 10.039 m2 dan diresmikan pada tanggal 14 Januari 1933, oleh C.J Karel van Aalst, Presiden NHM ke-10. Pemancangan diawali dengan tiang beton bulan Juli 1929 oleh biro konstruksi NV Nedam (Nederlandse Aanneming Maatschappij).

Bangunan berlantai empat seluas 21.509 m2 dengan arsitektur berbentuk simetris dengan keberadaan taman ditengah gedung dan pintu utama tepat ditengah bagian depan bangunan. Lantai dasar gedung dibuat lebih tinggi dari jalan raya sehingga terkesan anggun saat memasuki bangunan. Lantai lobby, ruang rapat dan ruang direksi memakai bahan mozaik keramik bercampur kaca (glasmozaiek-tegels), sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam, abu-abu dan merah.

Koleksi
Koleksi Museum Bank Mandiri terdiri dari jenis perlengkapan operasional bank, surat berharga, numismatic, arsip sejarah dan jenis koleksi lainnya seperti perlengkapan pendukung operasional bank dan bahan pustaka.

Koleksi perlengkapan operasional bank tempo dulu yang unik, antara lain adalah peti uang, mesin hitung uang mekanik, kalkulator, mesin pembukuan, mesin cetak, alat pres bendel, seal press, brandkast, safe deposit box dan anak kunci lemari / pintu besi maupun aneka surat berharga seperti bilyet deposito, sertifikat deposito, cek, obligasi dan saham. Ornamen gedung , interior dan furniture asli dari gedung museum merupakan benda cagar budaya yang juga merupakan bagian dari koleksi Museum Bank Mandiri.

Lokasi dan Jam Buka
Alamat : Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta Kota
Telp : (021) 6902000

Jam buka
  • Selasa s.d Minggu : 09.00 – 16.00 Wib
  • Senin atau hari besar : Tutup

Tips untuk Museum Bank Mandiri
  • Untuk mengunjungi Museum Bank Mandiri dapat menggunakan taksi atau kendaraan umum seperti Busway. Bila menggunakan Busway, gunakan Busway Koridor satu yaitu jurusan Blok M – Kota. Anda turun di Stasiun Kota yang merupakan stasiun terakhir dari rute koridor satu. Letak Museum Bank Mandiri persis disebelah halte busway stasiun kota.


Jalan Surabaya, pasarnya barang antik di Jakarta

Jalan Surabaya (Surabaya Street) merupakan pasar barang antik yang terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Disepanjang jalan Surabaya (Surabaya Street) berdiri kios-kios yang menjual barang – barang antik seperti boneka wayang, porselen, patung kayu, topeng, peralatan makan dari kuningan dan perak, lampu antik, pajangan logam, ornamen-ornamen kuno, telepon antik, kamera kuno, kain tenun kuno, piringan hitam, dan masih banyak lagi.

Salah satu kios di jalan Surabaya (Surabaya Street) menjual barang-barang yang unik dan langka berupa peralatan bekas kapal seperti roda kemudi, kompas, teleskop, dan alat selam kuno. Beberapa kios yang terdapat di pasar barang antik jalan Surabaya mengkhususkan diri menjual tas dan koper dari berbagai jenis maupun ukuran serta kios yang menjual buku-buku kuno.

Pasar barang antik jalan Surabaya (Surabaya Street) sudah berdiri sejak tahun 1974 yang peresmianya dilakukan oleh Ali Sadikin, Gubernur Jakarta pada masa itu. Sebelum keberadaan pasar barang antik dibuka di jalan Surabaya (Surabaya Street), umumnya para pedagang barang antik yang ada di pasar ini menjajakan barangnya dengan cara memikul berkeliling kota lama Jakarta untuk mencari pembeli.

Pedagang barang antik yang sekarang berdagang dipasar barang antik jalan Surabaya (Surabaya Street) merupakan generasi kedua dari pedagang barang antik yang sebelumnya berkeliling kota lama Jakarta.

Bagi kolektor barang antik dari dalam maupun luar Indonesia yang gemar berburu barang langka dan terbatas maka keberadaan pasar barang antik di jalan Surabaya (Surabaya Street) sudah tidak asing lagi bagi komunitas ini. Beberapa tokoh dunia yang dikabarkan pernah berkunjung ke pasar barang antik jalan Surabaya (Surabaya Street) seperti Mick Jagger, Sharon Stone, dan mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton.

Tips untuk jalan Surabaya (Surabaya Street)

  • Transaksi jual – beli barang pada pasar barang antik jalan Surabaya (Surabaya Street) menggunakan sistem tawar-menawar. Anda sangat disarankan untuk menawar dan membandingkan harga barang dari beberapa kios untuk mendapatkan harga yang memuaskan.
  • Beberapa rumor yang beredar mengatakan bahwa sebagian barang di pasar barang antik ini tidak lagi asli atau barang tiruan yang sepertinya antik. Bila memiliki teman atau kerabat yang mengerti tentang barang-barang antik maka sangat disarankan untuk mengajak mereka bila berniat ingin membeli barang antic di jalan Surabaya (Surabaya Street).
  • Terbatasnya kendaraan umum yang melewati kawasan jalan Surabaya (Surabaya Street), oleh karena itu bila hendak berkunjung ketempat ini tanpa kendaraan pribadi maka dapat menggunakan taksi, ojek motor, atau bajaj.
  • Jalan Surabaya (Surabaya Street) terletak pada kawasan elite Menteng, Jakarta Pusat. Kawasan tersebut berdekatan dengan jalan Cikini, Pasar Cikini, Rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Tugu Proklamasi, Situ Lembang dan Taman Suropati, Pasar Rumput.

Jumat, Februari 13, 2009

Taman Suropati

Taman Suropati merupakan salah satu taman kota yang terdapat di Jakarta dan ramai dikunjungi masyarakat khususnya setiap hari Sabtu dan Minggu pagi. Aktivitas yang dilakukan di taman Suropati umumya olah raga jogging atau warga yang sekedar duduk di area taman.

Disamping hari Sabtu dan Minggu pagi, warga Jakarta cukup ramai berkunjung ke taman pada sore hari untuk berolahraga. Pada malam hari taman menjadi tempat berkumpul bagi beberapa komunitas anak muda di kota Jakarta. Persis di depan taman Suropati terdapat patung Pangeran Diponegoro menunggang kuda.

Keberadaan taman kota seperti taman Suropati dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan kota Jakarta. Keberadaan taman dapat menjadi tempat berinteraksi warga kota dan keberadaan pohon dapat memperbaiki kualitas udara yang semakin hari semakin tercemar. Semoga suatu saat nanti, pemerintah Indonesia, khususnya pemerintah kota Jakarta agar mengoptimalkan penggunaan lahan menjadi taman kota lainnya. Salah satu negara tetangga yang serius membangun taman kota seperti Singapura patut untuk diteladani.

Lokasi dan jam buka
Lokasi : Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat – Indonesia
Jam buka : 24 jam

Tempat lainnya disekitar Taman Suropati
Taman Situ Lembang, Gereja GPIB Paulus, Mesjid Agung Sunda Kelapa, Gedung BAPPENAS, Jalan Surabaya.

Kamis, Februari 12, 2009

Shadow Puppets Museum (Museum Wayang)


Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) menyimpan koleksi wayang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Gagasan mendirikan Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) berawal ketika Gubernur DKI Jakarta, H. Ali Sadikin menghadiri pekan museum wayang (Shadow Puppets Museum) II pada tahun 1974.

Dengan dukungan panitia acara pekan museum wayang (Shadow Puppets Museum) II tersebut, pencinta wayang, gubernur dan pemerintah DKI Jakarta, maka ditetapkanlah gedung di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta Barat menjadi Museum Wayang (Shadow Puppets Museum). Peresmian pembukaannya pada tanggal 13 Agustus 1975 dilakukan oleh gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin.

Sejarah Gedung Museum Wayang (Shadow Puppets Museum)
Gedung Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) dibangun pada lokasi gereja tua yang didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama “de oude Hollandsche Kerk”. Gereja ini berfungsi sebagai tempat ibadah bagi penduduk sipil dan tentara berkebangsaan Belanda sampai dengan tahun 1732. pada tahun 1733 gedung gereja mengalami perbaikan dan berubah nama menjadi “de nieuwe Hollandsche Kerk”.

Bangunan tetap berdiri sampai tahun 1808 sampai terjadinya gempa yang mengakibatkan bangunan gereja menjadi rusak berat. Kemudian pada lokasi bekas gereja dibangun gedung seperti yang ada sekarang yang awalnya berfungsi sebagai gudang, milik perusahaan Geo Wehry & Co. Awalnya bagian muka museum Wayang ini dibangun dengan gaya Neo Reinaissance pada tahun 1912, dan kemudian tahun 1938 seluruh bagian gedung dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada jaman kompeni.

Pada halaman gedung bekas gereja Belanda ini, yang sekarang menjadi ruangan taman terbuka Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) diperkirakan sebagai tempat makam Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen.

Koleksi Museum Wayang (Shadow Puppets Museum)
Koleksi Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) sangat beragam berupa wayang kulit nusantara Indonesia seperti Kedu, Tejokusuman, Ngabean, Surakarta, Banyumas, Cirebon, Gedog, Sadat, Madia Krucil, Sasak, Kaper, Wahyu, Kijang Kencana, Ukur, Suluh, Klitik, Beber. Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) memiliki koleksi wayang langka seperti wayang Intan, wayang Suket, wayang Beber, wayang Revolusi.

Selain wayang kulit, Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) memiliki koleksi wayang Golek, seperti : Catur, Cepak Cirebon, Kebumen, Pekalongan, Bandung, Gundala-gundala dari Tanah Karo, dan si Gale-gale dari daerah Batak. Koleksi wayang golek di museum wayang (Shadow Puppets Museum) terdapat dalam ukuran besar dan kecil. Selain koleksi wayang kulit dan wayang golek, terdapat juga koleksi topeng yang berasal dari Cirebon, Bali, dan Jawa Tengah. Juga dipamerkan perangkat gamelan, lampu Blencong, wayang Kaca, Wayang Seng, dan lukisan. Koleksi Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) yang berasal dari luar negeri diantaranya berasal dari Kelantan, Malaysia, Suriname, Prancis, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam, Inggris, Amerika, Cina, Colombia dan Thailand.

Karya Masterpiece Warisan Dunia
Tanggal 7 November 2003, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengakui bahwa Wayang Indonesia merupakan karya Masterpiece warisan dunia. Karenanya bila berkunjung ke Jakarta, masukkan Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) sebagai salah satu daftar tempat menarik yang wajib dikunjungi.

Lokasi dan Jam Buka
Alamat : Jl. Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta Barat, Indonesia. Telp. (021) 6929560,
Fax. (021) 6927289

Jam Buka :

  • Selasa s.d Minggu : 09.00 – 15.00 Wib
  • Senin atau hari Besar : Tutup

Tips Museum Wayang (Shadow Puppets Museum)

  • Secara periodik Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) mengadakan pagelaran wayang pada hari Minggu II, III, dan Minggu terakhir setiap bulannya, pada jam 10.00 – 14.00 Wib.
  • Lokasi Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) yang terletak disekitar taman Fatahillah, berdekatan dengan Museum Sejarah Jakarta dan Museum Seni Rupa dan Keramik yang menarik juga untuk dikunjungi.
  • Lokasi Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) terletak di kawasan Kota Tua Jakarta yang dulunya terkenal dengan sebutan Batavia. Masih banyak bangunan-bangunan peninggalan jaman Batavia disekitar museum, seperti Toko Merah, Jembatan Kota Intan, Hotel Batavia, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Pelabuhan Sunda Kelapa.
  • Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia terletak persis diseberang stasiun Busway atau sekitar 300 meter dari Museum Wayang (Shadow Puppets Museum), kunjungi museum ini bila anda tertarik dengan sejarah uang dan perbankan di Indonesia. Juga jangan lewatkan untuk mengunjungi Stasiun kota untuk menikmati keunikan bangunan dari dalam stasiun dan melihat aktivitas dalam stasiun.
  • Untuk mencapai Museum Wayang (Shadow Puppets Museum) dapat menggunakan taksi atau kendaraan umum seperti Busway. Bila menggunakan Busway, gunakan Busway Koridor satu yaitu jurusan Blok M – Kota. Anda turun di stasiun Kota yang merupakan stasiun terakhir dari rute koridor satu. Dari stasiun Kota ke lokasi museum wayang (Shadow Puppets Museum) sekitar 300 meter dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan ojek sepeda.
Baca tulisan versi Bahasa Inggris tentang museum wayang (Shadow Puppets Museum) disini