Rabu, Februari 18, 2009

Museum Bank Indonesia

Keberadaan Museum Bank Indonesia dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang peran Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Informasi yang diberikan termasuk pemahaman secara objektif tentang latar belakang serta dampak kebijakan-kebijakan yang diambil Bank Indonesia. Pemberian informasi dilakukan melalui dioarama, papan informasi, film, maupun benda koleksi yang ada didalam Museum Bank Indonesia.

Sejarah Museum Bank Indonesia
Berdirinya Museum Bank Indonesia dilandasi keinginan pihak Bank Indonesia memberikan pengetahuan yang memadai kepada masyarakat tentang peran Bank Indonesia bagi bangsa Indonesia dan dukungan terhadap pemerintah DKI Jakarta dalam pengembangan kawasan kota tua menjadi daerah tujuan wisata, yang mana Bank Indonesia memiliki bangunan yang terletak pada kawasan kota tua dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Gagasan lainnya yang mengilhami berdirinya Museum Bank Indonesia adalah museum bank sentral negara – negara di dunia.

Sejarah Gedung Museum Bank Indonesia
Gedung Museum merupakan bekas rumah sakit bernama Binnen Hospital. De Javasche Bank (DJB) menggunakan gedung sejak tanggal 08 April 1828. Tahun 1910, De Javasche Bank (DJB) membangun kembali gedung dengan lima tahap pembangunan yang perancangan bangunan dilakukan oleh Biro Arsitek Ed. Cuypers & Hulswit yang kemudian berubah menjadi Architecten & Ingenieursbureau Fermont-Cuypers.

Tahun 1910 pembangunan tahap pertama dimulai dan selesai pada tahun 1912, bangunan gedung bergaya arsitektur neoklasik Eropa yang terletak di sepanjang jalan Binneninieuwpoorstraat atau sekarang dikenal dengan Jalan Pintu Besar Utara.

Tahun 1922 pembangunan tahap kedua dimulai dengan menambah beberapa ruangan baru seperti rumah penjaga gedung (concierge), ruang simpan barang berharga (kluis), ruang pertemuan besar (ruang hijau), ruang arsip, garasi, dan ruangan lainnya.

Tahun 1924 pembangunan tahap ketiga dilakukan. Pembangunan tahap ketiga merupakan perluasan dari tahap sebelumnya dengan membangun sebuah unit di bagian belakang sepanjang Kali Besar menggantikan bangunan tua bekas rumah sakit. Dibuat juga bangunan di sepanjang Javabankstraat atau sekarang dikenal dengan jalan Bank, yang bertemu dengan bangunan tahap pertama di sisi utara. Bangunan yang baru dibangun ini memiliki kaca patri, dengan ragam hias berupa komoditas perdagangan pada masa Hindia Belanda dan dewa-dewi Yunani yang indah.

Tahun 1933 pembangunan tahap keempat dilaksanakan memenuhi kebutuhan ruang hasanah yang lebih luas dan ruang efek-efek. Dalam pembangunan tahap keempat, Biro Arsitek Fermont-Cuypers mendesain beberapa unit tambahan yaitu beberapa kluis baru yang ditempatkan pada perpanjangan bangunan di sisi Binneninieuwpoorstraat (Jalan Pintu Besar Utara). Pembanguan termasuk renovasi yang dilakukan pada bagian depan disisi jalan yang sama dengan gaya yang lebih sederhana.

Tahun 1935 pembangunan tahap kelima dilakukan dan diresmikan pada tanggal 12 Juni 1937. Tujuan pembangunan tahap kelima untuk memodernisasi arsitektur pembangunan tahap – tahap sebelumnya. Perubahan yang dilakukan diantaranya menggantikan dua pintu gerbang sebelumnya menjadi satu pintu untuk keluar-masuk. Perubahan yang lainnya seperti menghilangkan kubah yang sebelumnya menghiasi atap gedung bangunan. Setelah pembangunan ini, tidak banyak lagi perubahan yang dilakukan terhadap gedung.

Koleksi Museum Bank Indonesia
Koleksi Museum Bank Indonesia terdiri dari koleksi uang – uang logam dan kertas. koleksi film seperti pengerahan dana masyarakat 1953 – 1959, nasionalisasi bank-bank Belanda, pengedaran uang 1953 – 1959, penyelenggaraan kliring hingga 1959, dewan moneter menurut UU No. 11/1953, sistem kebijakan devisa 1953 – 1959. koleksi benda perbankan seperti mesin hitung Ontel REMINGTON 77, mesin tik ROYAL, khazanah harian LIPS, lemari brankas LIPS, ruang brankas (pintu besi) arsek, mesin PTTB tanda bintang RUHAAK, ukiran kayu dengan pepatah Belanda, alat pelubang kupon/deviden, timbangan emas, dan loleksi lainnya.

Fasilitas museum Bank Indonesia
Selain berbagai koleksi yang dimiliki oleh Museum Bank Indonesia, terdapat fasilitas seperti ruang penitipan barang, pusat informasi tentang Bank Indonesia, ruang auditorium, kios buku dan cenderamata, banking expo, ruang serbaguna, café museum, fine Dining restaurant, perpustakaan, ruang ibadah (Masjid).

Lokasi dan Jam Buka
Alamat : Jl. Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta Barat
Telp : (6221) 2600158 Ext 8111, 8102, 8100

Jam buka

  • Selasa s.d Kamis : 08.30 – 14.30 Wib
  • Jumat : 08.30 – 11.00 Wib
  • Sabtu s.d Minggu : 00.09 – 16.00 Wib
  • Senin atau hari besar : Tutup

Tips untuk Museum Bank Indonesia

  • Bila selama ini anda kurang menyukai berkunjung ke museum maka mencoba berkunjung ke Museum Bank Indonesia patut untuk dicoba, Hal ini karena Museum Bank Indonesia memiliki bererapa koleksi unik seperti Uang Kampua dari kerajaan Buton, Sulawesi Tenggara. Uang Kampua terbuat dari anyaman yang dilakukan oleh putri raja Buton dari bahan benang. Satuan uang Kampua selebar telapak tangan raja Buton dan dihargai sama dengan satu butir telur.
  • Sebelum memasuki ruang pamer Museum Bank Indonesia, pengunjung terlebih dahulu melewati ruang peralihan atau ruangan multimedia interaktif. Terdapat proyektor khusus yang menampilkan kepingan uang logam melayang-layang pada sebuah layar putih dan pengunjung dapat berinteraksi dengan menangkapi uang tersebut. Tidak diperkenankan memotret dengan menggunakan blitz pada ruangan ini.
  • Lokasi Museum Bank Indonesia terletak bersebelahan dengan Museum Bank Mandiri dan berhadapan dengan stasiun kota Jakarta (Beos) di kawasan Kota Tua Jakarta. Museum lainnya dan banguna menarik disekitar lokasi museum seperti, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Batavia Café, Toko Merah, Jembatan Kota Intan, Hotel Batavia, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Pelabuhan Sunda Kelapa.
  • Untuk mengunjungi Museum Bank Indonesia dapat menggunakan taksi atau kendaraan umum seperti Busway. Bila menggunakan Busway, gunakan Busway Koridor satu yaitu jurusan Blok M – Kota. Anda turun di Stasiun Kota yang merupakan stasiun terakhir dari rute koridor satu. Letak Museum Bank Indonesia persis diseberang stasiun Kota.

2 comments:

Unknown mengatakan...

Nice Blog..
minta izin share link nya ya di blog ane. boleh gak?
thus, readers around the world can knowing more about the development of De Javasche Bank, especially about the Indonesian Heritage itself..it seems so amazing :))

Ruben Sukatendel mengatakan...

Dear Mas Faisal, silahkan di link, tks