Jumat, April 24, 2009

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Museum perumusan naskah proklamasi merupakan museum sejarah yang menjadi saksi lahirnya naskah proklamasi Indonesia. Persiapan dan perumusan naskah, pengetikan, serta pengesahan atau penandatanganan naskah proklamasi dilakukan di gedung museum. Naskah proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 Wib, oleh Ir. Soekarno diproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan pembacaan Naskah Proklamasi di halaman depan rumah kediamannya, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta atau sekarang menjadi Jl. Proklamasi - Jakarta (Gedung Perintis Kemerdekaan).

Sejarah Museum
Berdirinya museum perumusan naskah proklamasi dilatar belakangi sejarah panjang bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaannya. Setelah ratusan tahun hidup dalam penjajahan, akhirnya tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan negara Indonesia diproklamasikan. Peristiwa penting sejak persiapan perumusan naskah proklamasi, dirumuskannya naskah proklamasi, pengetikan, dan akhirnya pengesahan atau penandatanganan naskah proklamasi merupakan peristiwa sejarah yang mungkin hanya terjadi sekali saja dalam sejarah suatu bangsa. Berdasarkan peristiwa sejarah lahirnya naskah proklamasi bagi kemerdekaan Indonesia maka pemerintah Indonesia akhirnya mendirikan museum perumusan naskah proklamasi yang menempati gedung bekas kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, dimana proses lahirnya naskah proklmasi terjadi di gedung tersebut.

Sejarah Gedung Museum
Didirikan sekitar tahun 1920 dengan arsitektur Eropa pada waktu itu, dengan luas tanah 3.914 m2 dan luas bangunan 1.138,10 m2. Pada 1931, pemiliknya atas nama P.T. Asuransi Jiwasraya. Ketika pecah Perang Pasifik, gedung ini dipakai British Council General, sampai Jepang menduduki Indonesia.

Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang. Setelah Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda, sampai Sekutu mendarat di Indonesia, September 1945. Setelah kekalahan Jepang gedung ini menjadi Markas Tentara Inggris.

Pemindahan status pemilikan gedung ini, terjadi dalam aksi nasionalisasi terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan kepada Departemen Keuangan, dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya.

Pada 1961, gedung ini dikontrak oleh Kedutaan Inggris sampai dengan 1981. Selanjutnya gedung ini diterima oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 28 Kebudayaan 28 Desember 1981. Tahun 1982, gedung ini sempat digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran.

Gedung ini menjadi sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia, karena pada 16 - 17 Agustus 1945 terjadi peristiwa sejarah, yaitu perumusan naskah proklamasi bangsa Indonesia. Pada 1984, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto, menginstruksikan kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasi gedung bersejarah ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0476/0/1992 tanggal 24 November 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Sebagai Unit Pelaksana Teknis) di bidang kebudayaan, berada dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Koleksi
Koleksi museum perumusan naskah proklamasi diantaranya, perabot rumah tangga seperti kursi-kursi yang berada saat penyusunan, foto-foto tokoh yang menyusun naskah proklamasi, kaset, mata uang kertas, cap atau stempel, koran, lukisan, buku, poster, patung. Selain koleksi berupa benda yang berkaitan dengan proklamasi Indonesia, museum memiliki koleksi berupa ruang-ruang yang merupakan tempat proses yang melahirkan proklamasi bagi Indonesia.

Ruang-ruang yang terdapat di museum diantaranya, ruang pertama merupakan tempat peristiwa sejarah yang pertama dalam persiapan Perumusan Naskah Proklamasi. Setelah kembali dari Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945, Pukul 22.00 Wib, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo, diterima oleh Maeda di ruang ini.

Ruang kedua tempat dirumuskannya naskah proklamasi.Dini hari menjelang pukul 03.00 WIB, Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo memasuki ruang kedua ini dan mengitari meja bundar, untuk merumuskan konsep naskah proklamasi. Soekarno yang menuliskan konsep naskah proklamasi di atas secarik kertas, sedangkan Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan. Hal ini terlihat dari coretan - coretan yang ada.

Ruang ketiga merupakan ruang pengesahan/penandatanganan naskah proklamasi. Konsep naskah Proklamasi diutarakan oleh Soekarno kepada hadirin di ruang ini dan dibacakan secara perlahan lahan berulang - ulang dan beliau meminta persetujuan atas rumusan naskah proklamasi tersebut. Jawaban hadirin adalah setuju.

Ruang keempat terdapat dibawah tangga merupakan ruang tempat pengetikan naskah proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik dengan ditemani oleh B. M. Diah. Ada perubahan tiga kata yang dilakukan Sayuti Melik pada konsep naskah proklamasi. "Tempoh" menjadi "Tempo", kata "Wakil - wakil bangsa Indonesia", berubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia", begitu juga dalam penulisan hari dan bulannya.

Alamat dan jam buka
Alamat : Jl. Imam Bonjol No. 1 Jakarta Pusat 10310
Telp : (021) 3144743 Fax: 3924259


Jam buka :

  • Selasa s.d Kamis : 08.30 – 14.30 Wib
  • Jumat : 08.30 – 11.00 Wib
  • Sabtu s.d Minggu : 08.30 – 14.30 Wib
  • Senin atau hari besar : Tutup


Tips

  • Karena museum perumusan naskah proklamasi terletak dalam kawasan elite Menteng – Jakarta Pusat maka tidak banyak jenis kendaraan umum yang melewati tempat ini. Bila tidak menggunakan kendaraan pribadi maka disarankan menggunakan jasa taksi atau ojek motor.
  • Museum perumusan naskah proklamasi terletak berdekatan dengan Taman Suropati, Gereja GPIB Paulus, Mesjid Agung Sunda Kelapa, Gedung BAPPENAS, Taman Situ Lembang, Taman Menteng, Jalan Surabaya, Bundaran Hotel Indonesia.

4 comments:

Anak Dokan mengatakan...

Sekali Merdeka, tetap Merdeka ...

Dasman Djamaluddin,SH,M.Hum mengatakan...

Sejarah
Duh, Apa Perlu Ditunjuk Duta Museum?


DHONI SETIAWAN/KOMPAS.COM
Ilustrasi: Pengunjung menikmati Wayang Golek di Museum Wayang, Jakarta Barat. Banyaknya pilihan tempat rekreasi yang menarik kini ikut mempersempit kemungkinan generasi muda berkunjung ke museum.
/
Artikel Terkait:
• Cahaya Kamera Percepat Rusaknya Koleksi Museum Wayang
• Museum Bahari Perlu Direnovasi
• Cegah Pencurian, Museum Nasional Perbanyak CCTV
• Pengelolaan Museum Berbasis TI dan Konservasi
• Museologi, Ilmu Apa Itu?
Selasa, 19 Mei 2009 | 12:14 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Walaupun museum banyak menyimpan catatan sejarah, minat generasi muda untuk mengunjunginya masih sangat rendah. Salah satu penyebab adalah kian banyaknya pilihan tempat rekreasi menarik, yang mempersempit kemungkinan generasi muda berkunjung ke museum.
Wacana tersebut mengemuka dalam diskusi Menumbuhkan Minat Generasi Muda Terhadap Museum dan Sejarah, Senin (18/5) di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta. Menurut sejarawan Dasman Djamaluddin,
diskusi tersebut sangat menarik karena, ke depan, museum harusnya betul-betul bisa menjadi arena pembelajaran bagi generasi muda, yaitu sejarah, kebudayaan, sekaligus juga sebagai arena rekreasi.
"Sehingga para generasi muda bisa mengenal sejarah lebih dekat dan lebih rinci, sebagai wujud cinta pada sejarah negerinya sendiri dan mengetahui makna pentingnya sejarah bagi kemajuan negara," kata Dasman.
Selain itu, Dasman menambahkan, sangat disayangkan bahwa makna dan pentingnya sejarah masih belum menjadi prioritas dalam nilai akademis siswa. Kendalanya, pemasaran museum kurang maksimal dalam menarik perhatian masyarakat, di samping pemerintah pun kurang bekerja sama dengan berbagai instansi terkait untuk meningkatkan jumlah pengunjung museum.
Hal itu, tambah Dasman, berlaku juga pada slogan "Visit Indonesia Year". Di mata Dasman, slogan tersebut cenderung lebih melirik bidang pariwisata, ketimbang museum sejarah.
"Harusnya juga dipikirkan bagaimana ke depan kita bisa menarik minat generasi muda berkunjung ke museum. Apakah perlu ditunjuk duta museum atau boleh juga dipertimbangkan masuknya musik ke dalam museum?" kata Dasman.

errixx van burrixx mengatakan...

tahu merk mesin tik yang dipakai untuk mengetik naskah proklamasi ga om?

Mas Didik dan Model Jam Tangan Trendy mengatakan...

Gak nyangka di sana ada museum. Kapan2 mampir ah. Thanks atas infonya.